Tehnik Belajar
Tehnik
Belajar Di Tazkia International Islamic
Boarding School
Dosen
pengampu Ni’matus Zahroh S.Psi, M.Si
Disusun
oleh:
Puguh
Prasetyo
201510230311031
Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Malang
2016/2017
BAB I.
A.
Latar
Belakang
Proses
pendidikan merupakan hal yang sangat kompleks, yang didalamnya terlibat banyak
unsur yang saling terkait, mulai dari guru, siswa, sarana, metode, strategi,
media dan lain-lain. Pendidikan bukan saja bicara tentang hasil,
tapi lebih kompleks lagi, sebenarnya pendidikan berkaitan dengan bagaimana
proses untuk mencapai hasil. Proses pembelajaran di kelas melibatkan guru
sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Seiring dengan pesatnya
perkembangan pendidikan, pendidikan Indonesia saat ini menginginkan
pembelajaran yang menempatkan guru tidak lagi sepenuhnya sebagai sumber dari
segala sumber belajar, namun guru diharapkan menjadi fasilitator bagi proses
belajar siswa. Siswa tidak lagi mendengarkan akan apa yang disampaikan guru,
tapi sebaliknya siswa sebagai individu aktif.
Di Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) merupakan sekolah yang bertaraf
international bahkan IIBS masih terbilang masih baru karena belum memiliki
alumni, sekarang IIBS siswa dan siswinya masih SMP kelas 7 dan kelas 8. dan
tahun ini berencana untuk membuka pendaftaran SMA.
Berpikir merupakan suatu proses
menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang
melibatkan interaksi secara komplek antara atribut-atribut mental seperti
penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso,
1988). Belajar, yang juga merupakan proses berikir, tidak akan lepas dari
prinsip-prinsip belajar yang berkaitan dengan perbedaan individual. Gaya
kognitif berkaitan dengan kemampuan memproses, menyimpan maupun menggunakan
informasi untuk menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya.
Siswa
berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi kemampuan
/intelegensi, suku/ras, kehidupan ekonomi dan social, latar belakang
keluarga, dan lain-lain. Perbedaan ini tidak seharusnya menjadi jurang
perkembangan siswa di sekolah, namun sebaliknya perbedaan ini membutuhkan
penanganan khusus dari guru baik secara klasikal, maupun individual. Guru
diharapkan mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang
memungkinkan siswa untuk bisa mengembangkan seluruh kemampuan/potensi yang
ada dalam dirinya, baik dari segi kemampuan intelegensi(IQ), emosional
(EQ)siswa, dan spriritual (SQ). Tazkia International Islamic Bording School
(IIBS) menerapkan visi dan misi yang mencakup IQ, EQ dan SQ.
Perilaku belajar dilakukan oleh si
pembelajar. Pada diri si pembelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar.
Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita
disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi tersebut adalah kebutuhan,
dorongan, dan tujuan si pebelajar.
Tingkat kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. Sukses belajar misalnya,
sangat tergantung pada keterampilan belajar yang dimiliki dan seberapa kuat ia mau menggunakannya.
Sukses tidak hanya bertumpu pada kemampuan saja, namun juga harus ada kemauan.
Semakin besar kebutuhan, sudah seharusnya semakin besar pula dorongan dalam diri seseorang untuk
mau melakukan sesuatu. Karena itu
peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat penting.
Penguatan motivasi-motivasi belajar
berada di tangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai
pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum sembilan tahun
pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar
sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi
belajar sepanjang hayat.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah ini akan membahas
tentang :
-
Bagaimana kegiatan siswa
dalam proses belajar di IIBS?
-
Bagaimana IIBS menerapkan
teknik belajar?
-
Bagaimana pengaruh teknik
belajar terhadap stress siswa IIBS?
-
Bagaimana teknik belajar
yang diinginkan siswa IIBS?
C.
Tujuan
Tujuan
dalam makalah ini untuk :
-
Mejelaskan kegiatan siswa
dalam proses belajar di IIBS.
-
Memaparkan IIBS
menerapkan teknik belajar.
-
Mejelaskan pengaruh
teknik belajar terhadap stress siswa IIBS.
-
Memaparkan teknik belajar
yang diinginkan siswa IIBS.
BAB
II
A.
LANDASAN
TEORI
a)
Teori
Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.
Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,
melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain,
kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan
bahwa proses belajar terjadi karena ada varasziabel penghalang pada aspek-aspek
kognisi seseorang.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan
pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean
Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan
banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan
untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis
dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Prinsip kognitif banyak dipakai di
dunia pendidikan, khususnya terlihat padaperancangan suatu sistem
instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Seseorang yang
belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran
tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2. Penyusunan
materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3. Belajar dengan
memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian
penyajian.
Berikut empat tahap perkembangan
menurut Piaget:
·
Tahap sensorimotor, yang berlangsung mulai dari lahir
hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama perkembangan Piaget. Dalam tahap
ini, anak membangun pemahaman mengenai dunia ini dengan mengkoordinasikan
pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan
motorik, karena itulah disebut sensorimotor.
Pada awal tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki lebih dari sekedar pola-pola
refleksif untuk dapat melakukan sesuatu. Pada akhir tahap ini, anak umur 2
tahun memiliki pola sensorimotor kompleks dan mulai menggunakan symbol-simbol
sederhana.
·
Tahap praoperasional, yang berlangsung sekitar usia 2 hingga 7
tahun, adalah tahap perkembangan kedua Piaget. Pada tahap ini, anak mulai
menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar dan lukisan. Meskipun de,ikian,
meurut Piaget, anak prasekolah masih kurang mampu melakukan operasi, istilah Piaget untuk tindakan
mental apa yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara fisik.
·
Tahap operasional konkret, yang berlangsung mulai dari
sekitar 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap perkembangan ketiga Piaget. Dalam
tahap ini, anak dapat melakukan operasi, dan penalaran logis menggantikan
pikiran intuitif selama penalaran dapat diterapkan pada contoh khusus dan
konkret. Contohnya, pemikir operasional konkret tidak dapat membayangkan
langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan soal persamaan
aljabar, yang terlalu abstrak bagi pemikira tahap perkembangan ini.
·
Tahap operasional formal, yang muncul antara umur 11 hingga 15
tahun, merupakan tahap perkembangan Piaget yang keempat dan terakhir. Pada
tahap ini, individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berpikir dalam
istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berpikir lebih
abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat berpikir
mengenai bagaiamana orang tua ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat menjadi apa saja.
Dalam memecahlan masalah, pemikir operasional formal lebih sistematis,
mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu,
kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.
b)
Teori Belajar Pendekatan Behavioristik
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang pertama
kali dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang selanjutnya dipopulerkan
oleh Jhon B. Waston pada tahun 1913. Dalam perkembangannya muncullah beberapa
ahli lain yang mendukung teori ini, seperti: Thorndike, Skinner, Clark Hull, EdwinGuthrie. Teori
behaviorisme yang pada awalnya merupakan salah satu aliran dalam psikologi
selanjutnya berkembang dan berpengaruh dalam dunia pendidikan dan pembelajaran.
Berdasarkan susunan katanya, behaviorisme terdiri dari dua kata “Behave” yang
berarti berperilaku dan “Isme” yang berarti aliran, sehingga jelas bahwa
penekanannya pada tingkah laku.
Walaupun teori ini didukung oleh
beberapa ahli dengan teorinya masing-masing, namun secara umum terdapat
prinsip-prinsip dan asumsi dasar yang sama, khususnya terkait dengan belajar. Pertama,
aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan tingkah laku. Kedua,
teori ini dalam memandang manusia hanya pada sisi jasmaniah saja, sehingga
mengabaikan aspek-aspek mental rohaniah seperti kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam belajar. Ketiga, teori ini dikenal dengan model
hubungan antara Stimulus (S) dan Respon (R) dalam belajar. Maksudnya belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara Stimulus dan Respon (Slavin, 2000).
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus
dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa, sedangkan respon merupakan rekasi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus
dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Keempat, teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Pada teori
Humanistik ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Dari beberapa teori belajar, teori inilah yang paling abstrak dan
mendekati dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Meskipun teori ini
sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataanya teori
ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide
belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya,
seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian.
Belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa
yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.
Teori belajar humanisme dalam
pendidikan lebih menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal
sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,
menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya dan bias dikatakan memanusiakan manusia.
Arthur
Combs et al. (1974) menjelaskan bagaimana
perserpsi ahli-ahli psikologi dalam memandang tingkah laku. Untuk mengerti
tingkah laku manusia, yang terpenting adalah mengerti bagaimana dunia ini
dilihat dati sudut pandangannya. Salah satu dari pandangan Humanistik adalah perasaan,
persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dari orang lain.
Untuk mengerti orang lain, adalah melihat dunia sebagai dia lihat, dan untuk
menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya.
Combs menyatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah “akibat yang tidak ingin
dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus me;akukan”
c)
Jenis-Jenis
Motivasi Belajar
Menurut George
R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993) mengatakan
bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree of effort
….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto
(1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan
peraturan, imbalan jasa uang, jenis pekerjaan.
1.
Motivasi Intrinsik
Motivasi Instrinsik
adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari
luar, karena dalam
setiapdiri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi instrinsik bila
tujuannya inheren dengan
situasin belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik
untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak
didik termotivasi untuk
belajar semata-mata mengusai
nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena
keinginan lain seperti ingin mendapat
pujian, nilai yang
tinggi, atau hadiah
dan sebagainya. Jadi motivasi
instrinsik muncul berdasarkan
kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik
adalah kebalikan dari
motivasi instrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif
dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi
belajar dikatakan ekstrinsik
bila anak didik menempatkan tujuan
belajarnya di luar
faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the
learning situasition).
d)
Reinforcement
Theory ( B.F. Skinner)
- Teori ini
didasarkan atas “hukum pengaruh”
- Tingkah laku
dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku
dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi
timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan suatu
konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Konsekuensi yang
terjadi secara berkesinambungan akan menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk
direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya sehingga
motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang positif.
BAB
III
A.
Hasil
penelitian
a)
Metode
penelitian
Metode
penulisan makalah ini bersifat diskriptif kualitatif.
Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:
Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema,
dan gambar. Cara yang dilakukan peneliti menggunakan observasi dan wawancara oleh guru dan siswa, dideskripsikan
kembali untuk menjelaskan tujuan penulisan makalah ini sebagaimana yang
tertuang pada tujuan umum dan tujuan khusus di atas.
b)
Subjek
penelitian
Subjek Penelitian terdiri dari 3
orang siswa dan 1 orang subjek guru.
c)
Tempat
penelitian
Peniliti melakukan penelitian di
Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS), pada tanggal 27 mei 2016
jam 08:57 WIB, di kelas 7E.
e)
Teknik
pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi dan wawancara terstruktur yang dikembangkan lebih luas (probing)
BAB
IV
A.
Hasil
dan pembahasan
a.
Diskriptif
subjek
Subjek bernama Mahardika Pratama Putra.
Jenis kelamin laki-laki. Asal daerah dari Kalimantan, kelas 7 E.
b.
Hasil
observasi dan wawancara
Hasil observasi di dalam kelas terdapat
loker, kursi, lcd, wastafel, cermin, mading, kursi later-U, piala, pewangi,
sertifikat, dan toilet dalam. Proses pengajaran dikelas guru penekanan pada
usaha, kedisiplinan, keterbukaan, dan Toleransi.
Hasil wawancara dengan
Mahardika Pratama Putra. Tertekan, banyak tugas, projek yang harus slesai dalam
6 bulan, teman-teman yang menyenangkan.
c.
Pembahasan
Kegiatan yang dilakukan siswa di Tazkia IIBS terbagi
dalam 6 kurikulum, kurikulum pertama adalah Al-Quran yang dimaksud dalam
kurikulum disini iyalah siswa dapat membaca bahkan mampu untuk menghafal
minimal 5 jus. Kurikulum yang kedua Islamic Foundation dimana proses belajar
dilandaskan atas dasar keislaman. Kurikulum yang ketiga iyalah National yang
sama dengan sekolah sekolah yang ada di Indonesia yaitu sain, matematika dan lain-lain.
Kurikulum keempat International yang menerapkan standart dalam pengajaranya
mengunakan standart international. Kurikulum Language menerapkan dua bahasa
yang harus dikuasai yaitu bahasa inggris dan bahasa arab dan itu wajib
digunakan pada hari senin sampai hari jumat. Kurikulum yang keenam disebut soft
skill yang dilakukan pada hari sabtu seperti berenang, berkuda, dan
memanah. Menurut Piaget (1975) siswa kelas 7 tahap operasional formal (11 sampai 15
tahun). Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Dalam
proses pembelajaran di Tazkia IIBS banyak menerapkan metode sperti diskusi
kelompok dimana siswa harus mampu aktif untuk mencari informasi dan metode ini
menjadikan suasana kelas lebih hidup, individunya menjadi lebih memahami toleransi,
demokrasi, berfikir kritis dan sabar. Siswa di Tazkia IIBS sangatlah aktif
dalam diskusi sehingga ini sesuai dengan teori belajar dari piaget yaitu
konstuktivisme, siswa tazkia IIBS lebih sering mendapat metode tradisional
dimana siswa hanya pasif menerima materi dari guru, tetapi dalam metode ceramah
guru memodifikasi metode ceramah dengan memancing siswa untuk aktif dengan
memberikan tugas besar yang dikumpulkan 6 bulan, menurut salah satu siswa tugas
besar ini membuat iya tertantang untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknnya,
dalam hal ini Pada teori Humanistik
ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari
beberapa teori belajar, teori inilah yang paling abstrak dan mendekati dengan
dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataanya teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya
yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang kita
amati dalam dunia keseharian.
Banyaknya
kurikulum di sekolah Tazkia IIBS membuat siswa merasa tertekankarena peraturan
di IIBS sangatlah ketat dan sanksinya dari yang ringat hingga berat yang
berakibat pada pengeluaran siswa dari sekolah Tazkia, siswa menyatakan bahwa
mereka tertekan akan sebuah tugas yang banyak yang diberi waktu sedikit, dan
tertekan karena penerapan bahasa di sekolah tersebut menggunkan dua bahasa yaitu
arab dan inggris jadi siswa diwajibkan menggunakan dua bahasa tersebut. Ini
sesuai dengan teori punishment yang dikemukakan oleh skinner, terjai ketika
suatu respon menghilangkan yang positif dari situasi atau menambahhkan sesuatu
yang negative. Dengan tekanan tersebut maka siswa merubah tingkah lakunya
menjadi penurut dan semaksimal mungkin untuk tidak melanggar, secara behavior Teori
belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
dituju. Siswa mengatasi tekanan dari semua
tersebut dengan memberikan motivasi kepada dirinya sendiri bahwa saya harus
bisa karena menuntut ilmu adalah kewajiban, dengan begitu siswa mengunakan
Motivasi Instrinsik adalah
motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari
luar, karena dalam
setiapdiri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi instrinsik bila
tujuannya inheren dengan
situasin belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik
untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu.
Siswa Tazkia IIBS masih kelas 7 SMP yang
rata-rata umur 13 tahun yang menurut piaget adalah Tahap
operasional formal merupakan tahap perkembangan Piaget yang keempat dan
terakhir. Pada tahap ini, individu lebih melampaui pengalaman konkret dan
berpikir dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari
berpikir lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat
berpikir mengenai bagaiamana orang tua ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat menjadi apa saja.
Dalam memecahlan masalah, pemikir operasional formal lebih sistematis, mengembangkan
hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian
menguji hipotesis ini dengan cara deduktif. Secara teori siswa masuk pada
oprasional formal dimana siswa tazkia menginginkan proses pembelajaran dengan
praktek, dengan proses praktek maka siswa akan lebih mudah memahami proses
belajar.
E.
Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan siswa di Tazkia IIBS terbagi
dalam 6 kurikulum, yaitu kurikulum Al-Quran, Islamic Foundation, National,
International, Leanguage, dan Soft Skill. Menurut Piaget (1975) siswa kelas 7 tahap operasional formal (11 sampai 15
tahun). Dari kurikulum
tersebut maka siswa dapat menjadi lebih berkompeten didalam bidangnya, dan
kurikulum tersebut dijadikan sebagai motivasi eksternal untuk menjadi siswa
yang unggul dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam proses
pembelajaran di Tazkia IIBS banyak menerapkan metode sperti diskusi kelompok
dimana siswa harus mampu aktif untuk mencari informasi dan metode ini
menjadikan suasana kelas lebih hidup, individunya menjadi lebih memahami
toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sabar. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses
belajar, dalam kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Banyaknya
kurikulum di sekolah Tazkia IIBS membuat siswa merasa tertekankarena peraturan
di IIBS sangatlah ketat dan sanksinya dari yang ringat hingga berat yang
berakibat pada pengeluaran siswa dari sekolah Tazkia, siswa menyatakan bahwa
mereka tertekan akan sebuah tugas yang banyak yang diberi waktu sedikit, dan
tertekan karena penerapan bahasa di sekolah tersebut menggunkan dua bahasa
yaitu arab dan inggris jadi siswa diwajibkan menggunakan dua bahasa tersebut.
Dengan tekanan tersebut maka siswa merubah tingkah lakunya menjadi penurut dan
semaksimal mungkin untuk tidak melanggar, secara behavior Teori
belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan pada perkembangan positif.
Siswa Tazkia IIBS masih kelas 7 SMP yang
rata-rata umur 13 tahun yang menurut piaget adalah Tahap
operasional formal merupakan tahap perkembangan Piaget yang keempat dan
terakhir. Secara teori siswa masuk pada oprasional formal dimana siswa tazkia
menginginkan proses pembelajaran dengan praktek, dengan proses praktek maka
siswa akan lebih mudah memahami proses belajar.
Daftar
Pustaka
Esti Wuryani
Djiwandono, Sri. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo
Ormrod, J.E. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta.
Erlangga. Jil 1
__________. 2008. Psikologi Pendidikan.
Jakarta. Erlangga. Jil 2
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta.
Salemba humanika
Sugihartono,
dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar