Powered By Blogger

Senin, 05 Maret 2018

Tehnik Belajar Tehnik Belajar Di Tazkia International Islamic Boarding School


Tehnik Belajar
Tehnik Belajar  Di Tazkia International Islamic Boarding School
Dosen pengampu Ni’matus Zahroh S.Psi, M.Si


 


Disusun oleh:
Puguh Prasetyo
201510230311031



Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2016/2017



BAB I.
A.    Latar Belakang
 Proses pendidikan merupakan hal yang sangat kompleks, yang didalamnya terlibat banyak unsur yang saling terkait, mulai dari guru, siswa, sarana, metode, strategi, media dan lain-lain.  Pendidikan bukan saja bicara tentang hasil, tapi lebih kompleks lagi, sebenarnya pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses untuk mencapai hasil. Proses pembelajaran di kelas melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Seiring dengan pesatnya perkembangan pendidikan, pendidikan Indonesia saat ini menginginkan pembelajaran yang menempatkan guru tidak lagi sepenuhnya sebagai sumber dari segala sumber belajar, namun guru diharapkan menjadi fasilitator bagi proses belajar siswa. Siswa tidak lagi mendengarkan akan apa yang disampaikan guru, tapi sebaliknya siswa sebagai individu aktif. Di Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) merupakan sekolah yang bertaraf international bahkan IIBS masih terbilang masih baru karena belum memiliki alumni, sekarang IIBS siswa dan siswinya masih SMP kelas 7 dan kelas 8. dan tahun ini berencana untuk membuka pendaftaran SMA.
Berpikir merupakan suatu proses menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara komplek antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso, 1988). Belajar, yang juga merupakan proses berikir, tidak akan lepas dari prinsip-prinsip belajar yang berkaitan dengan perbedaan individual. Gaya kognitif berkaitan dengan kemampuan memproses, menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya.
Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi kemampuan /intelegensi, suku/ras,  kehidupan ekonomi dan social, latar belakang keluarga, dan lain-lain. Perbedaan ini tidak seharusnya menjadi jurang perkembangan siswa di sekolah, namun sebaliknya perbedaan ini membutuhkan penanganan khusus dari guru baik secara klasikal, maupun individual. Guru diharapkan mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang memungkinkan siswa untuk bisa mengembangkan seluruh kemampuan/potensi  yang ada dalam dirinya, baik dari segi kemampuan intelegensi(IQ), emosional (EQ)siswa, dan spriritual (SQ). Tazkia International Islamic Bording School (IIBS) menerapkan visi dan misi yang mencakup IQ, EQ dan SQ.
Perilaku belajar dilakukan oleh si pembelajar. Pada diri si pembelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan si pebelajar. Tingkat kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. Sukses belajar misalnya, sangat tergantung pada keterampilan belajar yang dimiliki  dan seberapa kuat ia mau menggunakannya. Sukses tidak hanya bertumpu pada kemampuan saja, namun juga harus ada kemauan. Semakin besar kebutuhan, sudah seharusnya semakin besar pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat penting.
Penguatan motivasi-motivasi belajar berada di tangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum sembilan tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat  motivasi belajar sepanjang hayat.
B.           Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini akan membahas tentang :
-                Bagaimana kegiatan siswa dalam proses belajar di IIBS?
-                Bagaimana IIBS menerapkan teknik belajar?
-                Bagaimana pengaruh teknik belajar terhadap stress siswa IIBS?
-                Bagaimana teknik belajar yang diinginkan siswa IIBS?
C.           Tujuan
Tujuan dalam makalah ini untuk :
-                Mejelaskan kegiatan siswa dalam proses belajar di IIBS.
-                Memaparkan IIBS menerapkan teknik belajar.
-                Mejelaskan pengaruh teknik belajar terhadap stress siswa IIBS.
-                Memaparkan teknik belajar yang diinginkan siswa IIBS.


BAB II
A.                   LANDASAN TEORI
a)                  Teori Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada varasziabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat padaperancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1.   Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2.   Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3.   Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.
Berikut empat tahap perkembangan menurut Piaget:
·                        Tahap sensorimotor, yang berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama perkembangan Piaget. Dalam tahap ini, anak membangun pemahaman mengenai dunia ini dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motorik, karena itulah disebut sensorimotor. Pada awal tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki lebih dari sekedar pola-pola refleksif untuk dapat melakukan sesuatu. Pada akhir tahap ini, anak umur 2 tahun memiliki pola sensorimotor kompleks dan mulai menggunakan symbol-simbol sederhana.
·                        Tahap praoperasional,  yang berlangsung sekitar usia 2 hingga 7 tahun, adalah tahap perkembangan kedua Piaget. Pada tahap ini, anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar dan lukisan. Meskipun de,ikian, meurut Piaget, anak prasekolah masih kurang mampu melakukan operasi, istilah Piaget untuk tindakan mental apa yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara fisik.
·                        Tahap operasional konkret, yang berlangsung mulai dari sekitar 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap perkembangan ketiga Piaget. Dalam tahap ini, anak dapat melakukan operasi, dan penalaran logis menggantikan pikiran intuitif selama penalaran dapat diterapkan pada contoh khusus dan konkret. Contohnya, pemikir operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan soal persamaan aljabar, yang terlalu abstrak bagi pemikira tahap perkembangan ini.
·                        Tahap operasional formal, yang muncul antara umur 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap perkembangan Piaget yang keempat dan terakhir. Pada tahap ini, individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berpikir dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berpikir lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat berpikir mengenai bagaiamana orang tua ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat menjadi apa saja. Dalam memecahlan masalah, pemikir operasional formal lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.
b)           Teori Belajar Pendekatan Behavioristik
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang pertama kali dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang selanjutnya dipopulerkan oleh Jhon B. Waston pada tahun 1913. Dalam perkembangannya muncullah beberapa ahli lain yang mendukung teori ini, seperti: Thorndike,  Skinner, Clark HullEdwinGuthrie. Teori behaviorisme yang pada awalnya merupakan salah satu aliran dalam psikologi selanjutnya berkembang dan berpengaruh dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan susunan katanya, behaviorisme terdiri dari dua kata “Behave” yang berarti berperilaku dan “Isme” yang berarti aliran, sehingga jelas bahwa penekanannya pada tingkah laku.
Walaupun teori ini didukung oleh beberapa ahli dengan teorinya masing-masing, namun secara umum terdapat prinsip-prinsip dan asumsi dasar yang sama, khususnya terkait dengan belajar. Pertama, aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan tingkah laku. Kedua, teori ini dalam memandang manusia hanya pada sisi jasmaniah saja, sehingga mengabaikan aspek-aspek mental rohaniah seperti kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam belajar. Ketiga, teori ini dikenal dengan model hubungan antara Stimulus (S) dan Respon (R) dalam belajar. Maksudnya belajar merupakan akibat adanya interaksi antara Stimulus dan Respon (Slavin, 2000). Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon merupakan rekasi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Keempat, teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Pada teori Humanistik ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari beberapa teori belajar, teori inilah yang paling abstrak dan mendekati dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian.
Belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.
Teori belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya dan bias dikatakan memanusiakan manusia.
Arthur Combs et al. (1974) menjelaskan bagaimana perserpsi ahli-ahli psikologi dalam memandang tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang terpenting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dati sudut pandangannya. Salah satu dari pandangan Humanistik adalah perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dari orang lain. Untuk mengerti orang lain, adalah melihat dunia sebagai dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya. Combs menyatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah “akibat yang tidak ingin dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus me;akukan”
c)                  Jenis-Jenis Motivasi Belajar
Menurut George R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993) mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang, jenis pekerjaan.
1.                  Motivasi Intrinsik
                      Motivasi  Instrinsik  adalah  motif-motif  yang  menjadi  aktif  atau berfungsinya  tidak  perlu  dirangsang  dari  luar,  karena  dalam  setiapdiri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi  instrinsik  bila  tujuannya  inheren  dengan  situasin belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik  termotivasi  untuk  belajar  semata-mata  mengusai  nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti  ingin  mendapat  pujian,  nilai  yang  tinggi,  atau  hadiah  dan sebagainya.  Jadi  motivasi  instrinsik  muncul  berdasarkan  kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
2.                  Motivasi Ekstrinsik
                        Motivasi  Ekstrinsik  adalah  kebalikan  dari  motivasi  instrinsik. Motivasi  ekstrinsik  adalah  motif-motif  yang  aktif  dan  berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi  belajar  dikatakan  ekstrinsik  bila anak  didik menempatkan  tujuan  belajarnya  di  luar  faktor-faktor  situasi  belajar (resides in some factors outside the learning situasition).
d)                 Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)
- Teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh”
- Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
            Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Konsekuensi yang terjadi secara berkesinambungan akan menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya sehingga motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang positif.

BAB III
A.                Hasil penelitian
a)                  Metode penelitian  
Metode penulisan makalah ini bersifat diskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain: Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. Cara yang dilakukan peneliti menggunakan  observasi dan wawancara oleh guru dan siswa, dideskripsikan kembali untuk menjelaskan tujuan penulisan makalah ini sebagaimana yang tertuang pada tujuan umum dan tujuan khusus di atas.
b)                 Subjek penelitian  
Subjek Penelitian terdiri dari 3 orang siswa dan 1  orang subjek guru.
c)                  Tempat penelitian
Peniliti melakukan penelitian di Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS), pada tanggal 27 mei 2016 jam 08:57 WIB, di kelas 7E.
e)                  Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara terstruktur yang dikembangkan lebih luas (probing)
BAB IV
A.             Hasil dan pembahasan
a.               Diskriptif subjek
Subjek bernama Mahardika Pratama Putra. Jenis kelamin laki-laki. Asal daerah dari Kalimantan, kelas 7 E.

b.               Hasil observasi dan wawancara
Hasil observasi di dalam kelas terdapat loker, kursi, lcd, wastafel, cermin, mading, kursi later-U, piala, pewangi, sertifikat, dan toilet dalam. Proses pengajaran dikelas guru penekanan pada usaha, kedisiplinan, keterbukaan, dan Toleransi.
Hasil wawancara dengan Mahardika Pratama Putra. Tertekan, banyak tugas, projek yang harus slesai dalam 6 bulan, teman-teman yang menyenangkan.
c.             Pembahasan
Kegiatan yang dilakukan siswa di Tazkia IIBS terbagi dalam 6 kurikulum, kurikulum pertama adalah Al-Quran yang dimaksud dalam kurikulum disini iyalah siswa dapat membaca bahkan mampu untuk menghafal minimal 5 jus. Kurikulum yang kedua Islamic Foundation dimana proses belajar dilandaskan atas dasar keislaman. Kurikulum yang ketiga iyalah National yang sama dengan sekolah sekolah yang ada di Indonesia yaitu sain, matematika dan lain-lain. Kurikulum keempat International yang menerapkan standart dalam pengajaranya mengunakan standart international. Kurikulum Language menerapkan dua bahasa yang harus dikuasai yaitu bahasa inggris dan bahasa arab dan itu wajib digunakan pada hari senin sampai hari jumat. Kurikulum yang keenam disebut soft skill yang dilakukan pada hari sabtu seperti berenang, berkuda, dan memanah.  Menurut Piaget (1975) siswa kelas 7 tahap operasional formal (11 sampai 15 tahun). Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Dalam proses pembelajaran di Tazkia IIBS banyak menerapkan metode sperti diskusi kelompok dimana siswa harus mampu aktif untuk mencari informasi dan metode ini menjadikan suasana kelas lebih hidup, individunya menjadi lebih memahami toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sabar. Siswa di Tazkia IIBS sangatlah aktif dalam diskusi sehingga ini sesuai dengan teori belajar dari piaget yaitu konstuktivisme, siswa tazkia IIBS lebih sering mendapat metode tradisional dimana siswa hanya pasif menerima materi dari guru, tetapi dalam metode ceramah guru memodifikasi metode ceramah dengan memancing siswa untuk aktif dengan memberikan tugas besar yang dikumpulkan 6 bulan, menurut salah satu siswa tugas besar ini membuat iya tertantang untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknnya, dalam hal ini Pada teori Humanistik ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari beberapa teori belajar, teori inilah yang paling abstrak dan mendekati dengan dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian.
Banyaknya kurikulum di sekolah Tazkia IIBS membuat siswa merasa tertekankarena peraturan di IIBS sangatlah ketat dan sanksinya dari yang ringat hingga berat yang berakibat pada pengeluaran siswa dari sekolah Tazkia, siswa menyatakan bahwa mereka tertekan akan sebuah tugas yang banyak yang diberi waktu sedikit, dan tertekan karena penerapan bahasa di sekolah tersebut menggunkan dua bahasa yaitu arab dan inggris jadi siswa diwajibkan menggunakan dua bahasa tersebut. Ini sesuai dengan teori punishment yang dikemukakan oleh skinner, terjai ketika suatu respon menghilangkan yang positif dari situasi atau menambahhkan sesuatu yang negative. Dengan tekanan tersebut maka siswa merubah tingkah lakunya menjadi penurut dan semaksimal mungkin untuk tidak melanggar, secara behavior Teori belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang dituju. Siswa mengatasi tekanan dari semua tersebut dengan memberikan motivasi kepada dirinya sendiri bahwa saya harus bisa karena menuntut ilmu adalah kewajiban, dengan begitu siswa mengunakan Motivasi  Instrinsik  adalah  motif-motif  yang  menjadi  aktif  atau berfungsinya  tidak  perlu  dirangsang  dari  luar,  karena  dalam  setiapdiri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi  instrinsik  bila  tujuannya  inheren  dengan  situasin belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu.
Siswa Tazkia IIBS masih kelas 7 SMP yang rata-rata umur 13 tahun yang menurut piaget adalah Tahap operasional formal merupakan tahap perkembangan Piaget yang keempat dan terakhir. Pada tahap ini, individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berpikir dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berpikir lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat berpikir mengenai bagaiamana orang tua ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat menjadi apa saja. Dalam memecahlan masalah, pemikir operasional formal lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif. Secara teori siswa masuk pada oprasional formal dimana siswa tazkia menginginkan proses pembelajaran dengan praktek, dengan proses praktek maka siswa akan lebih mudah memahami proses belajar.
E.           Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan siswa di Tazkia IIBS terbagi dalam 6 kurikulum, yaitu kurikulum Al-Quran, Islamic Foundation, National, International, Leanguage, dan Soft Skill. Menurut Piaget (1975) siswa kelas 7 tahap operasional formal (11 sampai 15 tahun).  Dari kurikulum tersebut maka siswa dapat menjadi lebih berkompeten didalam bidangnya, dan kurikulum tersebut dijadikan sebagai motivasi eksternal untuk menjadi siswa yang unggul dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam proses pembelajaran di Tazkia IIBS banyak menerapkan metode sperti diskusi kelompok dimana siswa harus mampu aktif untuk mencari informasi dan metode ini menjadikan suasana kelas lebih hidup, individunya menjadi lebih memahami toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sabar. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Banyaknya kurikulum di sekolah Tazkia IIBS membuat siswa merasa tertekankarena peraturan di IIBS sangatlah ketat dan sanksinya dari yang ringat hingga berat yang berakibat pada pengeluaran siswa dari sekolah Tazkia, siswa menyatakan bahwa mereka tertekan akan sebuah tugas yang banyak yang diberi waktu sedikit, dan tertekan karena penerapan bahasa di sekolah tersebut menggunkan dua bahasa yaitu arab dan inggris jadi siswa diwajibkan menggunakan dua bahasa tersebut. Dengan tekanan tersebut maka siswa merubah tingkah lakunya menjadi penurut dan semaksimal mungkin untuk tidak melanggar, secara behavior Teori belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan pada perkembangan positif.
Siswa Tazkia IIBS masih kelas 7 SMP yang rata-rata umur 13 tahun yang menurut piaget adalah Tahap operasional formal merupakan tahap perkembangan Piaget yang keempat dan terakhir. Secara teori siswa masuk pada oprasional formal dimana siswa tazkia menginginkan proses pembelajaran dengan praktek, dengan proses praktek maka siswa akan lebih mudah memahami proses belajar.



Daftar Pustaka
Esti Wuryani Djiwandono, Sri. 2006.  Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Ormrod, J.E. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Erlangga. Jil 1
__________. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Erlangga. Jil 2
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Salemba humanika
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar