BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dimuliakan oleh Allah SWT
dengan predikat makhluk paling sempurna. Manusia diciptakan dalam bentuk fisik
terbaik dan kualitas lebih dari makhluk-makhluk yang lain dengan anugerah
berupa akal, hati nurani dan ruh Ilahiah yang menyimpan potensi -potensi
istimewa yang dapat menjamin kelangsungan dan kemuliaan hidup di dunia dan
akhirat
Dalam ayat-ayat al Qur’an terdapat
sejumlah pernyataan yang mendudkkan manusia sebagai mahluk pilihan, berkualitas
tinggi, kreatif dan 63
Islam &Manajemen Sumber Daya Manusia yang
Berkualitas produktif dengan sederet istilah yang dipasang: 1) sebagai kholifah
di bumi, 2) sebagai mahluk yang diunggulkan, 3) sebagai pewaris kekayaan bumi,
4) sebagai penakluk sumber daya alam, 5) sebagai pengemban amanah. Dalam
sejarahnya yang panjang, memang hanya manusia saja yang telah membuktikan kesanggupannya dalam memadukan beberapa macam
sumber daya untuk meningkatkan kualitas hidupnya menjadi mahluk berbudaya
tinggi.Sumber-sumber daya itu adalah sumber daya alam ( natural resource),
sumber daya manusia (human resource) dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah pada pembahasan ini yaitu;
1.
Pandangan Islam tentang Manusia?
2. Potensi
Dasar Manusia?
3.
Sumber Daya Manusia
Berkualitas Menurut Islam?
4. Pengelolaan
Sumber Daya Manusia menurut Islam?
C. Tujuan Pembahasan
Setelah mengetahui rumusan
masalah yang ada, maka tujuan dari makalah ini adalah ;
1.
Memahami Pandangan Islam tentang Manusia
2.
Memahami Potensi
Dasar Manusia
3.
Memahami Sumber Daya Manusia Berkualitas
Menurut Islam
4.
Memahami Pengelolaan Sumber Daya Manusia
menurut Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pandangan Islam tentang Manusia
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan istimewa dan menempati
kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya, yakni menjadi khalifah (wakil)
Tuhan di muka bumi (Q.S. al-Baqarah/2: 30).
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Islam menghendaki manusia berada pada
tatanan yang tinggi dan luhur. Oleh karena itu manusia dikaruniai akal,
perasaan, dan tubuh yang sempurna. Islam, melalui ayat-ayat al-Qur.an telah
mengisyaratkan tentang kesempurnaan diri manusia, seperti antara lain
disebutkan dalam Q.S. at-Tin/95:4 “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya..”
Kesempurnaan demikian dimaksudkan agar manusia menjadi individu yang dapat mengembangkan diri dan
menjadi anggota masyarakat yang berdaya
guna sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Berbeda dengan Islam,
menurut orang-orang Barat, manusia adalah termasuk bangsa binatang menyusui
(mamalia). Yusuf Qardhawi, ulama
kontemporer karismatik asal Mesir mengutip pendapat Ernest Haeckel, pemuka
aliran biologisme bangsa Jerman yang mengatakan: .tidak ada sangsi lagi bahwa
dalam segala hal manusia sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang
belakang, yakni binatang yang menyusui. Pendapat ini tentu saja memanggil
kembali memori kita tentang apa yang
pernah dilontarkan oleh ilmuan Barat lainnya, yaitu Charles Darwin dalam. teori evolusi.-nya bahwa asal-muasal
bangsa manusia adalah kera. Tentu teori
ini ditolak oleh Islam karena bukan hanya bertentangan dengan risalah Islam namun juga secara tak langsung
merendahkan derajat manusia itu sendiri sebagai
seorang khalifah di bumi.
Lain halnya dengan Julian Offrey de Lammetrie yang dikutif Syahminan Zaini, seorang materialis berkebangsaan
Perancis yang mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara manusia dengan
binatang dan karena itu manusia adalah
suatu mesin. Definisi yang dikemukakan oleh para ahli filsafat mengenai manusia tidaklah berbeda dengan
pendapat di atas. Mereka memberikan
sebutan manusia sebagai binatang dengan beberapa sikap menurut kenyataan
tindakan manusia dalam kehidupannya, antara lain yaitu:
a.
Homo Sapiens, menurut Lonnaeus yaitu
binatang yang mempunyai budi (akal) dan ahli agama kristen menyebut manusia
sebagai animal rational, yaitu binatang yang berfikir.
b.
Homo Laquen, menurut Revesz dalam . Das
Problem Des Ursprungs end Sprache.
manusia ialah binatang yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran
serta perasaan dalam kata-kata tersusun.
c.
Homo Faber, menurut Bergson dalam
.L.Evolution Creatrice. Yaitu binatang yang pandai membuat alat perkakas.
d.
Zoon Politicon, menurut Aristoteles
yaitu binatang yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan
mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
e.
Homo Religious, yaitu binatang yang
dasarnya beragama.
f.
Homo Economicus, yaitu binatang yang
takluk pada undang-undang ekonomi dan dia bersifat ekonomikus
Tetapi al-Qur.an menegaskan bahwa manusia adalah
makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan
a.
Manusia adalah ciptaan Allah swt. (Q.S.
an-Nahl/16: 4) “ Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi
pembantah yang nyata.”
b.
Manusia adalah makhluk yang
bertanggung jawab kepada Allah swt. Menurut al-Qur.an, yang akan
dipertanggungjawabkan itu ialah: 1) Tugas manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi sebagaimana (Q.S. al-Baqarah/2: 30) dan (Q.S. al-An.am/6: 165)
tersebut di atas. 2) Semua nikmat Allah yang pernah diterima manusia (Q.S.
at-Takatsur/102: 8) “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang
kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Manusia mempunyai sifat-sifat
ketuhanan seperti sifat-sifat yang dipunyai oleh Tuhan. Seperti berkuasa,
berkehendak, berilmu, penyayang,
pengasih, melihat, mendengar, berkata-kata dan sebagainya. Tetapi
sifat-sifat ini tidaklah sama. Tuhan adalah pencipta, sedangkan manusia adalah
ciptaan-Nya. Pencipta dengan ciptaan-Nya tidak sama. Karena itu sifat-sifat
Tuhan yang ada pada manusia tentulah
sesuai dengan kemanusiaannya.
Dalam hadis Nabi Muhammad disebutkan
di antara ciri-ciri manusia yang baik
adalah dengan banyak memberikan kebaikan kepada sesama manusia seperti hadit berikut ini :
“Telah
menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Musa dari Hisyam bin 'Urwah dari
bapaknya dari Abu Murawih dari Abu Dzar radliallahu 'anhu berkata; Aku bertanya
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, amal apakah yang paling utama?”. Beliau menjawab: “Iman
kepada Allah dan jihad di jalan-Nya”. Kemudian aku bertanya lagi: “pembebasan
budak manakah yang paling utama?". Beliau menjawab: “yang paling tinggi harganya
dan yang paling berharga hati tuannya”. Aku katakan: “bagaimana kalau aku tidak
dapat mengerjakannya?”. Beliau berkata: “Kamu membantu orang yang telantar atau
orang bodoh yang tak mempunyai keterampilan”. Aku katakan lagi: “bagaimana
kalau aku tidak dapat mengerjakannya?”. Beliau berkata: “kamu hindari manusia
dari keburukan karena yang demikian berarti sadaqah yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri”
B.
Potensi
Dasar Manusia
Para filosof tidak pernah sependapat tentang potensi apa yang perlu
dikembangkan oleh manusia. Melalui pendekatan historis, Hasan Langgulung menjelaskan bahwa di Yunani Kuno satu-satunya
potensi manusia yang harus dikembangkan di kerajaan Sparta adalah potensi
jasmaninya, tetapi sebaliknya di kerajaan Athena yang dipentingkan adalah
kecerdasan otaknya.
Beberapa ahli filsafat pendidikan Islam telah mencoba mengklasifikasikan potensi manusia,
diantaranya yaitu menurut KH. A. Azhar Basyir,
bila manusia ditinjau dari substansinya, maka manusia terdiri dari potensi
materi yang berasal dari bumi dan potensi ruh yang berasal dari Tuhan. Pendapat
senada juga dikemukakan oleh Syahminan Zaini yang menyatakan bahwa unsur
pembentuk manusia terdiri dari tanah dan potensi rohani dari Allah. Dalam
redaksi lain, Muhaimin dan Abdul Mujib berpendapat bahwa pada hakekatnya
manusia terdiri dari komponen jasad (jasmani) dan komponen jiwa (rohani),
menurut mereka komponen jasmani berasal dari tanah dan komponen rohani
ditiupkan oleh Allah.
Demikian pula kesimpulan yang
diambil Abuddin Nata berdasarkan pendapat para ahli filsafat pendidikan, bahwa
secara umum manusia memiliki dua potensi, yaitu potensi jasmani dan potensi
rohani.Dari pendapat yang dikemukakan di atas, ternyata potensi manusia dapat
diklasifikasikan kepada potensi jasmani dan potensi rohani. Berbeda dengan
klasifikasi yang dikemukakan di atas, beberapa ahli filsafat pendidikan
menguraikan potensi rohani manusia ke dalam beberapa bagian, sebagaimana
pendapat Barmawie Umary yang menyatakan bahwa potensi rohani manusia itu
terdiri dari empat unsur pokok, yaitu roh, qalb, nafs, dan akal.
Pembagian Barmawie
Umary ini sedikit berbeda dengan klasifikasi potensi rohani yang dikemukakan
oleh Muhaimin dan Abdul Mujib. Menurut keduanya potensi rohani manusia itu
dibagi tiga yaitu, potensi fitrah, qolb, dan akal.
C.
Sumber
Daya Manusia Berkualitas Menurut Islam
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran
sehingga ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan
kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah elengkapinya
dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
membudayakan ilmu yang dimilikinya.Ini
berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia itu karena akal dan perasaan,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian
pada Pencipta.
Potensi-potensi yang diberikan kepada manusia pada dasarnya merupakan
petunjuk (hidayah) Allah yang diperuntukkan bagi manusia supaya ia dapat
melakukan sikap hidup yang serasi dengan hakekat penciptaannya. Sejalan dengan
upaya pembinaan seluruh potensi manusia, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam
melakukan pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud
manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik
dari segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara mental, dan
segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas,
mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang
diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak
memaksakan apapun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya.
Pendapat ini memberikan petunjuk dengan
jelas bahwa dalam rangka mencapai pendidikan Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi secara serasi dan
seimbang.
Kualitas SDM manusianya berkualitas maka ia dapat mempertanggungjawabkan
amanahnya sebagai seorang khalifah dengan baik. Kualitas SDM ini tentu saja tak
hanya cukup dengan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), tetapi juga pengembangan nilainilai rohani- spiritual,
yaitu berupa iman dan taqwa (imtaq).Dari penjabaran di atas dapat dimengerti bahwa pengembangan SDM sangat
penting, tak hanya dari sudut ilmu
pengetahuan dan teknologi.Namun, tak kalah pentingnya adalah dimensi spiritual
dalam pengembangan SDM. Kualitas SDM tidak akan sempurna tanpa ketangguhan mental-spiritual keagamaan.
Sumber daya manusia yang mempunyai dan memegang nilai-nilai agama akan lebih
tangguh secara rohaniah. Dengan demikian akan lebih mempunyai tanggung jawab
spiritual terhadap ilmu pengetahuan
serta teknologi. Sumber daya manusia yang tidak disertai dengan kesetiaan
kepada nilai-nilai keagamaan, hanya akan membawa manusia ke arah pengejaran
kenikmatan duniawi atau hedonisme belaka.
D.
Pengelolaan
Sumber Daya Manusia menurut Islam
Dalam Islam pengelolaan sumber daya
manusia mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW didasarkan
pada konsep Islam mengenai manusia itu sendiri. Konsep Pertama: Manusia
diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan. Oleh karena itu segala kegiatan
manusia harus merupakan bentuk ibadah, ibadah dalam arti luas, tidak hanya
ibadah yang bersifat ritual.Setiap kegiatan
manusia bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk mencari ke-ridlo-an Tuhan. Konsep
kedua: Manusia adalah khalifatullah fil ardhli – wakil Allah di bumi, yang
bertugas memakmurkan bumi. Konsekuensi dari kedua
konsep ini adalah segala
kegiatan manusia akan dinilai dan
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Dengan konsep tersebut Islam memandang
bahwa masalah memange manusia bukan masalah yang sepele.Islam mengusahakan
sumber daya manusia untuk ikut memakmurkan bumi dalam lingkup pengabdian kepada
Tuhan dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi yang telah dianugerahkan
oleh Tuhan.
Dalam hal recruitment & selection, beliau sangat
mementingkan profesionalisme. Beliau bersabda, “Jika suatu urusan diserahkan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat (kehancuran)-nya.” (HR Bukhari
dan Ahmad). Rasulullah juga bersabda, “Siapa yang mengangkat seseorang sebagai
pegawai dari suatu kaum, padahal pada kaum itu terdapat seseorang yang diridhai
Allah (cakap, soleh dan beriman) maka ia telah berkhianat kepada Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang beriman. (HR al-Hakim).
Hasan Langgulung mengemukakan
beberapa pemikirannya tentang strategi pendidikan Islam dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia diantaranya
dapat di tempuh melalui dari dua model, yaitu strategi pendidikan yang bersifat
makro dan strategi pendidikan yang bersifat mikro.Strategi yang bersifat makro
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pertama, tujuan pendidikan Islam yang
mencakup pembentukan insan shaleh dan masyarakat shaleh. Kedua, dasar-dasar
pokok pendidikan Islam yang menjadi landasan kurikulum terdiri dari 8 aspek;
keutuhan, keterpaduan, kesinambungan, keaslian, bersifat ilmiah, bersifat
praktikal, kesetiakawanan, dan keterbukaan. Ketiga, prioritas dalam tindakan
yang meliputi penyerapan semua anak-anak yang mencapai usia sekolah,
kepelbagaian jalur perkembangan, meninjau kembali materi dan metode pendidikan,
pengukuhan pendidikan agama, administrasi dan perencanaan, dan kerja sama
regional dan antar negara di dalam dunia Islam. Sedangkan strategi yang
bersifat mikro hanya terdiri dari satu komponen saja, yaitu tazkiyah al-nafs
(pembersihan jiwa). Tazkiyah itu bertujuan membentuk tingkah laku baru yang
dapat menyimbangkan roh, akal, dan badan seseorang
Dalam hubungannya dengan organizational
management, Rasulullah adalah manager yang piawai dalam mendelegasikan suatu
tugas kepada para sahabatnya.Kemampuan pendelegasian yang baik ini dikarenakan
beliau sangat mengenal karakter, potensi dan (minat) masing-masing sahabatnya.
Ada yang menarik dalam sejarah Islam, Umar bin Khatab adalah seorang yang
tinggi besar, kuat serta pandai berperang. Akan tetapi Umar tak pernah diangkat
menjadi panglima perang. Justru Usamah, pemuda 16 tahun, pernah ditugaskan
menjadi seorang panglima perang. Itu karena Rasulullah paham, bahwa selain
memiliki kompetensi dalam berperang, Umar memiliki kompetensi sebagai seorang
pemimpin (khalifah). Dan ia disiapkan untuk itu. \
Rasulullah juga telah mencontohkan
implementasi Participative Management.Beliau kerap melibatkan para sahabatnya
dalam pengambilan keputusan.Contoh yang monumental tentang manajemen
partisipatif ini bisa dilihat dari keberhasilan Rasul dan sahabat dalam perang
Khandaq.Di samping itu, Rasulullah juga sangat piawai dalam memberikan motivasi
kepada sahabatnya secara tepat sesuai keadaan sahabatnya.Beliau tidak hanya
memotivasi untuk masalah akhirat saja, Beliau juga memotivasi para sahabatnya
untuk selalu optimal di semua posisi dan peran kehidupan masing-masing.Yang
menarik adalah Rasulullah memberikan perhatian yang istimewa kepada semua
sahabatnya, sehingga diriwayatkan bahwa setiap sahabat merasa bahwa dia adalah
orang yang paling diperhatikan dan dicintai Rasul-Nya.Inilah salah satu bentuk
immaterial compensation yang dicontohkan oleh Rasulullah.Pada praktiknya,
Rasulullah tidak hanya sebagai seorang manager, beliau adalah seorang
leader.Dan lebih dari itu, beliau tidak hanya menjadi seorang leader, tetapi
leader yang mampu mencetak leader-leader unggul.Hal ini bisa dilihat dari jejak
khulafaur rasyidin dan semua sahabatnya.
BAB III
PENUTUP
Sumber daya manusia merupakan
kekuatan terbesar dalam pengolahan seluruh resources yang ada dimuka bumi,
karena pada dasarnya seluruh ciptaan Allah yang ada dimuka bumi ini sengaja
diciptakan oleh Allah untuk kemaslahatan umat manusia .Oleh karena itu sumber
daya yang ada ini harus dikelola dengan benar karena itu merupakan amanah yang
akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Untuk mendapatkan pengelolaan yang
baik ilmu sangatlah diperlukan untuk menopang pemberdayaan dan optimalisasi
manfaat sunber daya yang ada. Di dalam surah Ar-Rohman ayat ke 33, Allah telah
menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu seluas-luasnya tanpa batas dalam
rangka membuktikan kemahakuasaan Allah SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar