Powered By Blogger

Sabtu, 17 Maret 2018

PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DALAM MENTAL PARA ATLET


a.      Latar Belakang
Sering kita dapati bahwasannya dalam beberapa pertandingan didapati para pemain melakukan hal tidak pantas dilakukan oleh atlet profesional seperti kepercayaan diri rendah , motivasi bertanding menurun, kekecewaan saat bermain. Hal yang demikian terjadi karna disaat para atlet berlatih tidak mendapatkan pendampingan pendampingan yang intens dalam hal penanganan mental, sehingga tidak terwujudnya atlet yang berkualitas. Karna apabila sistem latihan dan aspek penunjang  kurang mendapat perhatian secara serius, kemungkinan besar atlet tersebut banyak mengalami masalah, sehingga tidak dapat berprestasi secara optimal. Sampai saat ini pelatih masih banyak menekankan latihan pada atletnya hanya pada fisik, teknik, dan taktik saja, sedangkan faktor psikologis sama sekali tidak tersentuh. Sehingga banyak atlet pada saat bertanding tidak ada keseimbangan antara fisik dan psikologis. Menurut R. Feizal (2000: 19) dalam bertanding atlet akan menggunakan mentalnya sebesar 80 %, sedangkan taktik dan strategi hanya 20 %. Oleh karena itu pelatihan mental sama pentingnya dengan pelatihan taktik dan teknik.
Manusia merupakan kesatuan  dari jiwa dan raga,  yang satu dengan yang lainnya selalu akan saling pengaruh mempengaruhi. Pengaruh yang dirasakan oleh jiwa kita akan berpengaruh terhadap raga kita, demikian pula sebaliknya. Pada waktu berolahraga, terutama olahraga pertandingan, atlet yang melakukan gerakan-gerakan fisik tidak mungkin akan menghindarkan  diri dari pengaruh mental emosional yang timbul dalam berolahraga. Oleh karena itu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah-masalah kejiwaan dalam olahraga penting bagi guru, pelatih, olahragawan, atau siapa saja yang berkecimpung dalam kegiatan olahraga, karena masalah kejiwaan mempunyai pengaruh yang penting, bahkan kadang-kadang menentukan di dalam usaha orang atau atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi tingginya  (Harsono, 1988: 242).
Memperhatikan hal tersebut di atas, seorang pelatih tidak perlu ragu lagi memasukkan program psikologis setara bobotnya dengan latihan yang lain,  karena  pada saat bertanding 80 % ditentukan oleh keadaan psikologis seorang atlet. Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan iniialah untuk memproduktifkan kualitas permainanpara atlet dalam setiap pertandingan dengan penguatan mental pada atlet. Sehingga teridentifikasi sikap yang perlu segera dilakukan untuk atlet.

b.      Landasan teori
a.       Pengertian Mental
Menurut Kartini Kartono, dkk. (1989: 3) mental berasal dari kata latin yang artinya jiwa atau sukma, sedangkan menurut R. Feizal (200: 2) psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam aktivitasnya sebagai seorang atlet.
b.      Teori kepercayaan diri
kepercayaan diri adalah keyakinan atau tingkat kepastian yang dimiliki oleh seseorang tentang kemampuannya untuk bisa sukses dalam olahraga (Wann, 1997).
c.       Self Efficacy 
Teori yang membahas tentang kepercayaan diri disampaikan oleh Albert Bandura. Bandura menyampaikan teori yang bernama teori Self efficacy. Kepercayaan diri adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan mereka untuk mengorganisasi dan mengeksekusi setiap bagian dari aksi yang dibutuhkan untuk mencapai penampilan yang diinginkan. Hal ini tidak hanya menggunakan keterampilan yang dimiliki tapi dengan pandangan tentang apa yang bisa dilakukan seseorang dengan keterampilan apapun yang dimiliki. (Bandura 1986: 391 dalam Biddle & Mutrie 2001)
Pembahasan
Mental dalam arti khusus adalah suatu kemampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya yang mengakibatkan kemampuan tertentu dan pencapaian tertentu (Kamus Psikologi I).
Perkembangan mental merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan social psikologi manusia/remaja pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Menurut Havighurst perkembangan tersebut harus di pelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Hal ini merupakan tugas yang cukup berat bagi para remaja untuk lebih menuntaskan tugas perkembangan mentalnya sehubungan dengan semakin luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus di jalani dan di hadapi. Tidak lagi mereka dijuluki sebagai anak-anak melainkan ingin dihargai dan dijuluki sebagai orang yang sudah dewasa. Ada beberapa cara untuk melatih mental agar kuat diantaranya adalah


a. Berpikir positif
 Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.  
b. Penetapan sasaran
 Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dari latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. 
c. Motivasi
 Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
d. Emosi
 Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya.. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan, seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
e. Kecemasan dan ketegangan
 Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam pertandingan dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal. 
f.    Kepercayaan diri
 Dalam olahraga kepercayaan diri menjadi salah satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.
g.   Komunikasi
 Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjadinya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. 
h. Konsentrasi
 Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu objek tertentu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.  
i. Evaluasi diri
 Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini.
j. Membuat Tantangan-tantangan untuk diri sendiri,
misalnya membuat sasaran antara dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dapat juga membuat sasaran harian, mingguan atau bulanan selama dalam proses berlatih sehingga atlet termotivasi untuk mencapai sasaran tersebutsebagai batu loncatan menuju sasaran yang sesungguhnya. Atlet bias diminta untuk menanyakan beberapa hal seperti
            a. Today my session will contain the following aspects:. . . .
b. As a result of this training I will improve my . . .
c. These skills are important during competitions, because . . .
 Teknik ini sangat efektif selama tantangan yang diberikan kepada atlet rasional dan atlet merasa bias mencapai dengan tidak mudah. “Challenging but reachable”.

k. Prilaku Juara.
Teknik ini merupakan teknik yang baik untuk diterapkan pada atlet-atlet nasional yang siap untuk bertanding membela negara karena semua anggota tim biasanya dipilih dari atlet-atlet yang menjadi juara nasional. Teknik ini pernah digunakan oleh mantan Ketua Umum KONI Pusat, Wismoyo Arismunandar dengan menyatakan:”Kalau andaingin menjadi juara, maka hiduplah seperti juara, berperilakulah seperti juara, disiplinlah seperti juara, dan bertandinglah seperti juara” dengan teknik ini atlet merasakan bahwa dirinya adalah duta bangsa yang terpilih untuk membela kehormatan bangsa dan negara.




DAFTAR PUSTAKA
Darajat Zakiah. 1982. Kesehatan Mental. Gunung Agung; Jakarta
Davies, D. & Amstrong, M., (1989) Psychological Factors in competitive sport. The Falmer Press. Philadelpha
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. CV. Tambak Kusuma
Sudibyo, Setyobroto.2001. Mental Training.Jakarta:Percetakan “SOLO”
________________,2002.Psikologi Olahraga,.Jakarta:Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta
Wann, D.J. (1997) Sport Psychology. Upper Saddle River, New Jersey
Whitehead, J.R. (1995). Physical Activity and Intrinsic Motivation. PCPFS Research Digest. 1 (2): 26-86

Tidak ada komentar:

Posting Komentar