a.
Latar
Belakang
Sering
kita dapati bahwasannya dalam beberapa pertandingan didapati para pemain
melakukan hal tidak pantas dilakukan oleh atlet profesional seperti kepercayaan
diri rendah , motivasi bertanding menurun, kekecewaan saat bermain. Hal yang
demikian terjadi karna disaat para atlet berlatih tidak mendapatkan
pendampingan pendampingan yang intens dalam hal penanganan mental, sehingga
tidak terwujudnya atlet yang berkualitas. Karna apabila sistem latihan dan
aspek penunjang kurang mendapat
perhatian secara serius, kemungkinan besar atlet tersebut banyak mengalami
masalah, sehingga tidak dapat berprestasi secara optimal. Sampai saat ini
pelatih masih banyak menekankan latihan pada atletnya hanya pada fisik, teknik,
dan taktik saja, sedangkan faktor psikologis sama sekali tidak tersentuh.
Sehingga banyak atlet pada saat bertanding tidak ada keseimbangan antara fisik
dan psikologis. Menurut R. Feizal (2000: 19) dalam bertanding atlet akan menggunakan
mentalnya sebesar 80 %, sedangkan taktik dan strategi hanya 20 %. Oleh karena
itu pelatihan mental sama pentingnya dengan pelatihan taktik dan teknik.
Manusia
merupakan kesatuan dari jiwa dan
raga, yang satu dengan yang lainnya
selalu akan saling pengaruh mempengaruhi. Pengaruh yang dirasakan oleh jiwa
kita akan berpengaruh terhadap raga kita, demikian pula sebaliknya. Pada waktu
berolahraga, terutama olahraga pertandingan, atlet yang melakukan
gerakan-gerakan fisik tidak mungkin akan menghindarkan diri dari pengaruh mental emosional yang
timbul dalam berolahraga. Oleh karena itu pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah-masalah kejiwaan dalam olahraga penting bagi guru, pelatih,
olahragawan, atau siapa saja yang berkecimpung dalam kegiatan olahraga, karena
masalah kejiwaan mempunyai pengaruh yang penting, bahkan kadang-kadang
menentukan di dalam usaha orang atau atlet untuk mencapai prestasi yang
setinggi tingginya (Harsono, 1988: 242).
Memperhatikan
hal tersebut di atas, seorang pelatih tidak perlu ragu lagi memasukkan program
psikologis setara bobotnya dengan latihan yang lain, karena
pada saat bertanding 80 % ditentukan oleh keadaan psikologis seorang
atlet. Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan iniialah untuk memproduktifkan kualitas
permainanpara atlet dalam setiap pertandingan dengan penguatan mental pada
atlet. Sehingga teridentifikasi sikap yang perlu segera dilakukan untuk atlet.
b.
Landasan
teori
a. Pengertian
Mental
Menurut Kartini
Kartono, dkk. (1989: 3) mental berasal dari kata latin yang artinya jiwa atau
sukma, sedangkan menurut R. Feizal (200: 2) psikologi olahraga adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam aktivitasnya sebagai seorang atlet.
b. Teori
kepercayaan diri
kepercayaan
diri adalah keyakinan atau tingkat kepastian yang dimiliki oleh seseorang
tentang kemampuannya untuk bisa sukses dalam olahraga (Wann, 1997).
c. Self
Efficacy
Teori
yang membahas tentang kepercayaan diri disampaikan oleh Albert Bandura. Bandura
menyampaikan teori yang bernama teori Self efficacy. Kepercayaan diri adalah
penilaian seseorang terhadap kemampuan mereka untuk mengorganisasi dan
mengeksekusi setiap bagian dari aksi yang dibutuhkan untuk mencapai penampilan
yang diinginkan. Hal ini tidak hanya menggunakan keterampilan yang dimiliki
tapi dengan pandangan tentang apa yang bisa dilakukan seseorang dengan
keterampilan apapun yang dimiliki. (Bandura 1986: 391 dalam Biddle & Mutrie
2001)
Pembahasan
Mental
dalam arti khusus adalah suatu kemampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya
yang mengakibatkan kemampuan tertentu dan pencapaian tertentu (Kamus Psikologi
I).
Perkembangan
mental merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan social
psikologi manusia/remaja pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan
masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Menurut Havighurst perkembangan
tersebut harus di pelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu dalam
perjalanan hidupnya. Hal ini merupakan tugas yang cukup berat bagi para remaja
untuk lebih menuntaskan tugas perkembangan mentalnya sehubungan dengan semakin
luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus di jalani dan di hadapi.
Tidak lagi mereka dijuluki sebagai anak-anak melainkan ingin dihargai dan
dijuluki sebagai orang yang sudah dewasa. Ada beberapa cara untuk melatih
mental agar kuat diantaranya adalah
a.
Berpikir positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara
berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal
ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi bagi pelatih yang
melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
b.
Penetapan sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan
dasar dari latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk
menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan.
c.
Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses
dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai
tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut
tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
d.
Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet
menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri,
pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya.. Bentuk-bentuk emosi dikenal
sebagai perasaan, seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu
diperhatikan di sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar
tidak merugikan diri sendiri.
e.
Kecemasan dan ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan
takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang
lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat
atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam pertandingan dapat
dipastikan penampilannya tidak akan optimal.
f. Kepercayaan diri
Dalam olahraga kepercayaan diri menjadi salah
satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa
percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di
bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan
kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki
pengalaman bertanding yang memadai.
g. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua
arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam
hal kurang terjadinya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya
adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan
tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih.
h.
Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana
kesadaran seseorang tertuju kepada suatu objek tertentu dalam waktu tertentu.
Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan
konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan
berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi
pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
i.
Evaluasi diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet
untuk mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu
dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat
yang lalu maupun saat ini.
j.
Membuat Tantangan-tantangan untuk diri sendiri,
misalnya
membuat sasaran antara dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dapat juga membuat
sasaran harian, mingguan atau bulanan selama dalam proses berlatih sehingga
atlet termotivasi untuk mencapai sasaran tersebutsebagai batu loncatan menuju
sasaran yang sesungguhnya. Atlet bias diminta untuk menanyakan beberapa hal
seperti
a. Today my session will contain the
following aspects:. . . .
b.
As a result of this training I will improve my . . .
c.
These skills are important during competitions, because . . .
Teknik ini sangat efektif selama tantangan
yang diberikan kepada atlet rasional dan atlet merasa bias mencapai dengan
tidak mudah. “Challenging but reachable”.
k.
Prilaku Juara.
Teknik
ini merupakan teknik yang baik untuk diterapkan pada atlet-atlet nasional yang
siap untuk bertanding membela negara karena semua anggota tim biasanya dipilih
dari atlet-atlet yang menjadi juara nasional. Teknik ini pernah digunakan oleh
mantan Ketua Umum KONI Pusat, Wismoyo Arismunandar dengan menyatakan:”Kalau
andaingin menjadi juara, maka hiduplah seperti juara, berperilakulah seperti juara,
disiplinlah seperti juara, dan bertandinglah seperti juara” dengan teknik ini
atlet merasakan bahwa dirinya adalah duta bangsa yang terpilih untuk membela
kehormatan bangsa dan negara.
DAFTAR
PUSTAKA
Darajat
Zakiah. 1982. Kesehatan Mental. Gunung Agung; Jakarta
Davies, D. & Amstrong, M., (1989)
Psychological Factors in competitive sport. The Falmer Press. Philadelpha
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek
Psikologi dalam Coaching. CV. Tambak Kusuma
Sudibyo, Setyobroto.2001. Mental Training.Jakarta:Percetakan
“SOLO”
________________,2002.Psikologi Olahraga,.Jakarta:Unit
Percetakan Universitas Negeri Jakarta
Wann, D.J. (1997) Sport Psychology. Upper
Saddle River, New Jersey
Whitehead, J.R. (1995). Physical Activity
and Intrinsic Motivation. PCPFS Research Digest. 1 (2): 26-86
Tidak ada komentar:
Posting Komentar