Powered By Blogger

Minggu, 21 Juli 2019

Makalah Psikologi Islam Implikasi Dalam Sumber daya Manusia dan Organisasi


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dimuliakan oleh Allah SWT dengan predikat makhluk paling sempurna. Manusia diciptakan dalam bentuk fisik terbaik dan kualitas lebih dari makhluk-makhluk yang lain dengan anugerah berupa akal, hati nurani dan ruh Ilahiah yang menyimpan potensi -potensi istimewa yang dapat menjamin kelangsungan dan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat
Dalam ayat-ayat al Qur’an terdapat sejumlah pernyataan yang mendudkkan manusia sebagai mahluk pilihan, berkualitas tinggi, kreatif dan  63
Islam &Manajemen Sumber Daya Manusia yang Berkualitas produktif dengan sederet istilah yang dipasang: 1) sebagai kholifah di bumi, 2) sebagai mahluk yang diunggulkan, 3) sebagai pewaris kekayaan bumi, 4) sebagai penakluk sumber daya alam, 5) sebagai pengemban amanah. Dalam sejarahnya yang panjang, memang hanya manusia saja yang telah membuktikan  kesanggupannya dalam memadukan beberapa macam sumber daya untuk meningkatkan kualitas hidupnya menjadi mahluk berbudaya tinggi.Sumber-sumber daya itu adalah sumber daya alam ( natural resource), sumber daya manusia (human resource) dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada pembahasan ini yaitu;
1.      Pandangan Islam tentang Manusia?
2.      Potensi Dasar Manusia?
3.      Sumber Daya Manusia Berkualitas Menurut Islam?
4.      Pengelolaan Sumber Daya Manusia menurut Islam?
C. Tujuan Pembahasan
Setelah mengetahui rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari makalah ini adalah ;
1.      Memahami Pandangan Islam tentang Manusia
2.      Memahami Potensi Dasar Manusia
3.      Memahami Sumber Daya Manusia Berkualitas Menurut Islam
4.      Memahami Pengelolaan Sumber Daya Manusia menurut Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pandangan Islam tentang Manusia
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya, yakni menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi (Q.S. al-Baqarah/2: 30).  Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para  malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka  bumi."  Islam menghendaki manusia berada pada tatanan yang tinggi dan luhur. Oleh karena itu manusia dikaruniai akal, perasaan, dan tubuh yang sempurna. Islam, melalui ayat-ayat al-Qur.an telah mengisyaratkan tentang kesempurnaan diri manusia, seperti antara lain disebutkan dalam Q.S. at-Tin/95:4  “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya..”
Kesempurnaan demikian dimaksudkan agar manusia menjadi  individu yang dapat mengembangkan diri dan menjadi anggota masyarakat  yang berdaya guna sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi sumber  daya yang dimilikinya. Berbeda dengan Islam, menurut orang-orang Barat, manusia adalah termasuk bangsa binatang menyusui (mamalia). Yusuf  Qardhawi, ulama kontemporer karismatik asal Mesir mengutip pendapat Ernest Haeckel, pemuka aliran biologisme bangsa Jerman yang mengatakan: .tidak ada sangsi lagi bahwa dalam segala hal manusia sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang belakang, yakni binatang yang menyusui. Pendapat ini tentu saja memanggil kembali memori kita tentang apa  yang pernah dilontarkan oleh ilmuan Barat lainnya, yaitu Charles Darwin  dalam. teori evolusi.-nya bahwa asal-muasal bangsa manusia adalah kera. Tentu  teori ini ditolak oleh Islam karena bukan hanya bertentangan dengan risalah  Islam namun juga secara tak langsung merendahkan derajat manusia itu sendiri  sebagai seorang khalifah di bumi.
Lain halnya dengan Julian Offrey de Lammetrie yang dikutif  Syahminan Zaini, seorang materialis berkebangsaan Perancis yang mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara manusia dengan binatang dan karena itu  manusia adalah suatu mesin. Definisi yang dikemukakan oleh para ahli filsafat  mengenai manusia tidaklah berbeda dengan pendapat di atas. Mereka  memberikan sebutan manusia sebagai binatang dengan beberapa sikap menurut kenyataan tindakan manusia dalam kehidupannya, antara lain yaitu:
a.       Homo Sapiens, menurut Lonnaeus yaitu binatang yang mempunyai budi (akal) dan ahli agama kristen menyebut manusia sebagai animal rational, yaitu binatang yang berfikir.
b.      Homo Laquen, menurut Revesz dalam . Das Problem Des Ursprungs  end Sprache. manusia ialah binatang yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran serta perasaan dalam kata-kata tersusun.
c.       Homo Faber, menurut Bergson dalam .L.Evolution Creatrice. Yaitu binatang yang pandai membuat alat perkakas.
d.      Zoon Politicon, menurut Aristoteles yaitu binatang yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
e.       Homo Religious, yaitu binatang yang dasarnya beragama.
f.        Homo Economicus, yaitu binatang yang takluk pada undang-undang ekonomi dan dia bersifat ekonomikus
Tetapi al-Qur.an menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan
a.        Manusia adalah ciptaan Allah swt. (Q.S. an-Nahl/16: 4) “ Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.”
b.      Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab kepada Allah swt. Menurut al-Qur.an, yang akan dipertanggungjawabkan itu ialah: 1) Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi sebagaimana (Q.S. al-Baqarah/2: 30) dan (Q.S. al-An.am/6: 165) tersebut di atas. 2) Semua nikmat Allah yang pernah diterima manusia (Q.S. at-Takatsur/102: 8) “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Manusia mempunyai sifat-sifat ketuhanan seperti sifat-sifat yang dipunyai oleh Tuhan. Seperti berkuasa, berkehendak, berilmu, penyayang,  pengasih, melihat, mendengar, berkata-kata dan sebagainya. Tetapi sifat-sifat ini tidaklah sama. Tuhan adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan-Nya. Pencipta dengan ciptaan-Nya tidak sama. Karena itu sifat-sifat Tuhan yang ada  pada manusia tentulah sesuai dengan kemanusiaannya.
Dalam hadis Nabi Muhammad disebutkan di antara ciri-ciri manusia  yang baik adalah dengan banyak memberikan kebaikan kepada sesama manusia  seperti hadit berikut ini :
“Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Musa dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Abu Murawih dari Abu Dzar radliallahu 'anhu berkata; Aku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, amal apakah  yang paling utama?”. Beliau menjawab: “Iman kepada Allah dan jihad di jalan-Nya”. Kemudian aku bertanya lagi: “pembebasan budak manakah yang paling utama?". Beliau menjawab: “yang paling tinggi harganya dan yang paling berharga hati tuannya”. Aku katakan: “bagaimana kalau aku tidak dapat mengerjakannya?”. Beliau berkata: “Kamu membantu orang yang telantar atau orang bodoh yang tak mempunyai keterampilan”. Aku katakan lagi: “bagaimana kalau aku tidak dapat mengerjakannya?”. Beliau berkata: “kamu hindari manusia dari keburukan karena yang demikian berarti sadaqah  yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri”
B.     Potensi Dasar Manusia
Para filosof tidak pernah sependapat tentang potensi apa yang perlu dikembangkan oleh manusia. Melalui pendekatan historis, Hasan Langgulung  menjelaskan bahwa di Yunani Kuno satu-satunya potensi manusia yang harus dikembangkan di kerajaan Sparta adalah potensi jasmaninya, tetapi sebaliknya di kerajaan Athena yang dipentingkan adalah kecerdasan otaknya.
Beberapa ahli filsafat pendidikan Islam telah mencoba  mengklasifikasikan potensi manusia, diantaranya yaitu menurut KH. A. Azhar  Basyir, bila manusia ditinjau dari substansinya, maka manusia terdiri dari potensi materi yang berasal dari bumi dan potensi ruh yang berasal dari Tuhan. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Syahminan Zaini yang menyatakan bahwa unsur pembentuk manusia terdiri dari tanah dan potensi rohani dari Allah. Dalam redaksi lain, Muhaimin dan Abdul Mujib berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia terdiri dari komponen jasad (jasmani) dan komponen jiwa (rohani), menurut mereka komponen jasmani berasal dari tanah dan komponen rohani ditiupkan oleh Allah.
Demikian pula kesimpulan yang diambil Abuddin Nata berdasarkan pendapat para ahli filsafat pendidikan, bahwa secara umum manusia memiliki dua potensi, yaitu potensi jasmani dan potensi rohani.Dari pendapat yang dikemukakan di atas, ternyata potensi manusia dapat diklasifikasikan kepada potensi jasmani dan potensi rohani. Berbeda dengan klasifikasi yang dikemukakan di atas, beberapa ahli filsafat pendidikan menguraikan potensi rohani manusia ke dalam beberapa bagian, sebagaimana pendapat Barmawie Umary yang menyatakan bahwa potensi rohani manusia itu terdiri dari empat unsur pokok, yaitu roh, qalb, nafs, dan akal.
Pembagian  Barmawie Umary ini sedikit berbeda dengan klasifikasi potensi rohani yang dikemukakan oleh Muhaimin dan Abdul Mujib. Menurut keduanya potensi rohani manusia itu dibagi tiga yaitu, potensi fitrah, qolb, dan akal.
C.    Sumber Daya Manusia Berkualitas Menurut Islam
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran sehingga ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah elengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima  dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang  dimilikinya.Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia itu karena akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada Pencipta.
Potensi-potensi yang diberikan kepada manusia pada dasarnya merupakan petunjuk (hidayah) Allah yang diperuntukkan bagi manusia supaya ia dapat melakukan sikap hidup yang serasi dengan hakekat penciptaannya. Sejalan dengan upaya pembinaan seluruh potensi manusia, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik dari segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya. Pendapat ini memberikan petunjuk  dengan jelas bahwa dalam rangka mencapai pendidikan Islam mengupayakan  pembinaan seluruh potensi secara serasi dan seimbang.
Kualitas SDM manusianya berkualitas maka ia dapat mempertanggungjawabkan amanahnya sebagai seorang khalifah dengan baik. Kualitas SDM ini tentu saja tak hanya cukup dengan menguasai ilmu  pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi juga pengembangan nilainilai rohani- spiritual, yaitu berupa iman dan taqwa (imtaq).Dari penjabaran di atas dapat  dimengerti bahwa pengembangan SDM sangat penting, tak hanya dari sudut  ilmu pengetahuan dan teknologi.Namun, tak kalah pentingnya adalah dimensi spiritual dalam pengembangan SDM. Kualitas SDM tidak akan sempurna tanpa  ketangguhan mental-spiritual keagamaan. Sumber daya manusia yang mempunyai dan memegang nilai-nilai agama akan lebih tangguh secara rohaniah. Dengan demikian akan lebih mempunyai tanggung jawab spiritual  terhadap ilmu pengetahuan serta teknologi. Sumber daya manusia yang tidak disertai dengan kesetiaan kepada nilai-nilai keagamaan, hanya akan membawa manusia ke arah pengejaran kenikmatan duniawi atau hedonisme belaka.
D.    Pengelolaan Sumber Daya Manusia menurut Islam
Dalam Islam pengelolaan sumber daya manusia mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW didasarkan pada konsep Islam mengenai manusia itu sendiri. Konsep Pertama: Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan. Oleh karena itu segala kegiatan manusia harus merupakan bentuk ibadah, ibadah dalam arti luas, tidak hanya ibadah yang  bersifat ritual.Setiap kegiatan manusia bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk mencari ke-ridlo-an Tuhan. Konsep kedua: Manusia adalah khalifatullah fil ardhli – wakil Allah di bumi, yang
bertugas memakmurkan bumi. Konsekuensi dari kedua konsep ini adalah segala
kegiatan manusia akan dinilai dan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Dengan konsep tersebut Islam memandang bahwa masalah memange manusia bukan masalah yang sepele.Islam mengusahakan sumber daya manusia untuk ikut memakmurkan bumi dalam lingkup pengabdian kepada Tuhan dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.
Dalam hal recruitment & selection, beliau sangat mementingkan profesionalisme. Beliau bersabda, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat (kehancuran)-nya.” (HR Bukhari dan Ahmad). Rasulullah juga bersabda, “Siapa yang mengangkat seseorang sebagai pegawai dari suatu kaum, padahal pada kaum itu terdapat seseorang yang diridhai Allah (cakap, soleh dan beriman) maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. (HR al-Hakim).
Hasan Langgulung mengemukakan beberapa pemikirannya tentang strategi pendidikan Islam dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia  diantaranya dapat di tempuh melalui dari dua model, yaitu strategi pendidikan yang bersifat makro dan strategi pendidikan yang bersifat mikro.Strategi yang bersifat makro terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pertama, tujuan pendidikan Islam yang mencakup pembentukan insan shaleh dan masyarakat shaleh. Kedua, dasar-dasar pokok pendidikan Islam yang menjadi landasan kurikulum terdiri dari 8 aspek; keutuhan, keterpaduan, kesinambungan, keaslian, bersifat ilmiah, bersifat praktikal, kesetiakawanan, dan keterbukaan. Ketiga, prioritas dalam tindakan yang meliputi penyerapan semua anak-anak yang mencapai usia sekolah, kepelbagaian jalur perkembangan, meninjau kembali materi dan metode pendidikan, pengukuhan pendidikan agama, administrasi dan perencanaan, dan kerja sama regional dan antar negara di dalam dunia Islam. Sedangkan strategi yang bersifat mikro hanya terdiri dari satu komponen saja, yaitu tazkiyah al-nafs (pembersihan jiwa). Tazkiyah itu bertujuan membentuk tingkah laku baru yang dapat menyimbangkan roh, akal, dan badan seseorang
Dalam hubungannya dengan organizational management, Rasulullah adalah manager yang piawai dalam mendelegasikan suatu tugas kepada para sahabatnya.Kemampuan pendelegasian yang baik ini dikarenakan beliau sangat mengenal karakter, potensi dan (minat) masing-masing sahabatnya. Ada yang menarik dalam sejarah Islam, Umar bin Khatab adalah seorang yang tinggi besar, kuat serta pandai berperang. Akan tetapi Umar tak pernah diangkat menjadi panglima perang. Justru Usamah, pemuda 16 tahun, pernah ditugaskan menjadi seorang panglima perang. Itu karena Rasulullah paham, bahwa selain memiliki kompetensi dalam berperang, Umar memiliki kompetensi sebagai seorang pemimpin (khalifah). Dan ia disiapkan untuk itu. \
Rasulullah juga telah mencontohkan implementasi Participative Management.Beliau kerap melibatkan para sahabatnya dalam pengambilan keputusan.Contoh yang monumental tentang manajemen partisipatif ini bisa dilihat dari keberhasilan Rasul dan sahabat dalam perang Khandaq.Di samping itu, Rasulullah juga sangat piawai dalam memberikan motivasi kepada sahabatnya secara tepat sesuai keadaan sahabatnya.Beliau tidak hanya memotivasi untuk masalah akhirat saja, Beliau juga memotivasi para sahabatnya untuk selalu optimal di semua posisi dan peran kehidupan masing-masing.Yang menarik adalah Rasulullah memberikan perhatian yang istimewa kepada semua sahabatnya, sehingga diriwayatkan bahwa setiap sahabat merasa bahwa dia adalah orang yang paling diperhatikan dan dicintai Rasul-Nya.Inilah salah satu bentuk immaterial compensation yang dicontohkan oleh Rasulullah.Pada praktiknya, Rasulullah tidak hanya sebagai seorang manager, beliau adalah seorang leader.Dan lebih dari itu, beliau tidak hanya menjadi seorang leader, tetapi leader yang mampu mencetak leader-leader unggul.Hal ini bisa dilihat dari jejak khulafaur rasyidin dan semua sahabatnya.